Jumat, 12 Desember 2008

Lelaki di Perempatan Jalan
Orang gila itu dipanggil Gopras. Bertempat diperempatan jalan depan rumah pak lurah Sasongko, Desa Suka Makmur. Memang tak pernah usil tapi keberadaannya cukup mengganggu pemandangan sekitar. Sudah berulang kali dipindahkan tapi selalu saja kembali ke perempatan jalan tsb. Pernah satu ketika dibuang ke luar kota yg jaraknya cukup jauh dg Desa Suka Makmur tapi selang beberapa hari sudah kembali lg ke perempatan. Tak tau apa yg membuat Gopras memilih perempatan jalan tersebut sebagai tempat tinggal. Anehnya, hanya perempatan jalan didepan rumah pak lurah Sasongko lah yg menjadi tempat bermukimnya. Maka dari itu Pak Lurah Sasongko adalah orang yg paling bersemangat memindahkannya, lantaran khawatir putri semata wayangnya diganggu oleh Gopras. Walau kenyataannya Gopras tidak pernah usil apalagi terhadap Aulia Prastanggi putri pak lurah, Gopras cenderung lebih terkesan waras. Akan tetapi, kr tidak pernah berhasil memindahkan Gopras, akhirnya warga membuatkan tempat berteduh kecil2an dipinggir perempatan. Beda dg bu lurah Sasongko, yg terkesan lebih tenang menghadapi Gopras. Bahkan bu Sasongko selalu memberinya makanan yg cukup, memberi pakaian yg layak & menghalau anak2 kecil yang suka menganggunya. Aulia pun nampak sayang terhadap Gopras. Pernah beberapa kali bu Sasongko menyaksikan Aulia memberi Gopras kopi susu yg dicampur dg jeruk nipis, tak khayal Gopras pun nampak senang dibuatnya.
Tak terasa musim hujan telah tiba, hampir setiap hari hujan datang mengguyur Desa Suka Makmur. Orang2 pun menjadi enggan kluar rumah tnp alasan yg jelas. Begitu juga dg kluarga Sasongko. Sesekali bu Sasongko menoleh kearah pinggir perempatan dimana Gopras berteduh. Dilihatnya Gopras sudah tertidur pulas, tanpa ekspresi wajah bu Sasongko melihatnya.
Ayam jago berkokok menandakan pagi telah mengganti malam yg dingin. Sudah menjadi kebiasaan bu Sasongko setiap jam 5 pagi menyapu halaman & mengantar teh hangat beserta camilan unt Gopras. Tapi baru kali ini Gopras masih terbaring disaat bu Sasongko datang pagi. Bu Sasongko meletakkan teh hangat & camilan tersebut di dekat Gopras berbaring tanpa membangunkannya.
Jam menunjukkan 11:00 WIB, dari kejauhan Aulia pulang sekolah sambil memanggil-manggil Ibunya. Bu Sasongko berlarian dr dalam rumah menemui anaknya. “Ada apa nak?” Tanya bu Sasongko ketika sudah dekat dg Aulia. “Bu, Pak Gopras kok tumben ga nyapa Aulia pas Aulia lewat, biasanya kan ga gitu Bu ato pak Gopras sakit ya Bu?” jawab Aulia. Nampaknya bu Sasongko jg merasa aneh semenjak tadi pagi. Dg segera bu Sasongko berlari kearah Gopras berbaring, dan tak lama kemudian bu Sasongko berlari menuju warga terdekat unt memberikan kabar bahwa Gopras sudah tidak ada, dia meninggal dunia krn kedinginan. Setelah bermusyawarah warga sepakat unt mengurusi jenazah Gopras dirumah Pak lurah. Tak terlihat bu Sasongko diantara kerumunan pelayat, pintu kamar bu Sasongko pun terkunci rapat dr dalam. Pak Sasongko mengetuk pintupun tak dibukakannya. Dalam tangis bu Sasongko terus berdoa unt Prasetyo mantan kekasihnya, yg notabene adalah ayah kandung dari Aulia Prastanggi, yg tidak lain adalah Gopras.
Sebelum menikah dg Agus Sasongko, Anggi adalah gadis seberang yg mempunyai kisah asmara dg Prasetyo Diningrat. Walo dipaksa unt berpisah kr kedua orang tua Anggi tidak setuju, tapi sesaat sebelum menikah dg Agus Sasongko ternyata Anggi telah mengandung benih dr cintanya dg Prasetyo. Kejadian ini tidak ada yg mengetahui. Tapi Prasetyo merasa curiga dg kehamilannya. Karena yakin bahwa anak yg dikandung Anggi adalah darah dagingnya, Prasetyo rela meninggalkan segalanya demi untuk menjaga orang2 yg dicintainya.
Tak henti2nya Anggi meratapi kepergian orang yg selama ini sangat ia cintai. Tumpukan kertas yg ia temukan dibawah tikar Gopras berbaring ia genggam dg erat.
“Dalam untaian harapan aku berdoa agar kau bahagia dg jalanmu”
“Begitu juga aku disini, akan bahagia mencintaimu dg caraku”
“Kuteguk cinta ini sekali saja yg akan kubawa sampai mati”
“Aku selalu mencintaimu”
By: dH!tY@

1 komentar: